Biar lambat asal selamat, kalo ga selamat?
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Seneng banget saya *saya?* bisa ngepost dengan hati tenang kali ini. Kenapa? Karena tugas-tugas telah terselesaikan dengan baik. Jadi, ada waktu deh buat ngepost di blog.
Nah, dilihat dari judul, kira-kira apa yang akan saya bahas? Apa saya akan membahas siput yang jalannya lambat asal selamat? Apa saya akan menanggapi JK dengan mottonya "lebih cepat lebih baik"? Atau saya akan membicarakan ketidakselamatan seorang yang lambat? Pernyataan terakhir yang mungkin bisa mengantar isi dari post ini.
Tahukah kamu apa itu ngaret?
Ngaret itu sebenernya dari kata karet, asal karet itu dari jam karet, sebuah istilah yang uniknya hanya digunakan di Indonesia. Kenapa? Karena cuma Indonesia yang "welcome" sama si jam karet ini. Apa artinya jam karet? Bahasa kitanya sih, udah punya janji tapi ga tepat waktu datengnya, alias dateng telat. Jelas kan sekarang, kenapa cuma Indonesia, dan sedihnya kenapa harus Indonesia.
Budaya Indonesia yang seharusnya tidak dipertahankan
Ada yang bilang kunci keberhasilan itu salah satunya adalah disiplin. Disiplin kan berkaitan dengan waktu, jadi gimana mau berhasil kalau kerjaannya ngaret terus? Jangan pertahankan ini. Indonesia ga maju-maju dong. Misal nanti ada insiden, kita punya bisnis sama orang luar negeri terus janjian nih jam 9, karena kebiasaan ngaret sudah mendarah daging *ahaha*, kita dateng jam 10 tuh, yaudah deh habis bisnis kita, ga jadi untung.
Contoh lain, khusus para pelajar nih, sekalian mengutip kata guru SMP saya "UN jangan ada yang terlambat, bisa-bisa ga lulus." Kenapa ga lulus? Karena kalau kita telat pas UN, untuk masuk ke kelas itu harus melalui tahap-tahap audisi (waw). Kita harus lapor dulu ke petugas, belum jelasin kenapa telat, terus dapet izin masuk ke kelas pun, waktu ujian tidak ditambah. Satu hal lagi yang penting, pikiran kita ketika mau ngerjain ujian itu ga langsung fokus. Masih adaptasi dulu sama kelasnya, dan akhirnya berakibat pada nilai kita. Emang sih, saya belum pernah denger kasus "ga lulus karena telat" tapi lebih baik mencegah dari pada mengobati kan?
Saya punya cerita, ini tentang percakapan kelas saya (EF) dan guru bule saya (namanyabudi James)
James : So, can you tell me the differences between Indonesia's culture and culture in other countries?
(salah satu teman arin) : I think Indonesian people usually come late if you have appointment with him/her, different with British and Japanese, they always come on time.
James : (thinking and his face shows 'dislike') Yeah, that's why you always come late to EF, hehe
(saya dalam hati) : Oh men, I don't like this. where I should hide my face? I'm Indonesian.
Mungkin saat itu, James udah ga simpati sama Indonesia (yang ngaret).
Malu malu dong sama Jepang dong...
Wah Jepang ditanya, kita mah jauuuuh bangeeeet sama Jepang, terlalu tinggi. Tapi contoh deh budaya Jepang yang satu ini. Disiplin waktu.
Konon katanya, asal muasal disiplin ini dari para petani yang bercocok tanam di tanah Jepang. Karena musim bercocok tanam itu hanya satu kali dalam setahun, para petani Jepang ga mau kehilangan kesempatan untuk panen padi. Jadilah mereka selalu konsisten sama waktu.
Kebiasaan Jepang ini juga menyebar ke masyarakat yang menggunakan transportasi. Singkatnya, kalau mereka telat, ya ketinggalan bus/kereta/pesawat.
Dengan kebiasaan disiplin itulah yang membuat Jepang sekarang maju (maju banget deh). Ada yang bilang juga kalau orang Jepang jalan itu cepat, untuk menghemat waktu menuju ke satu tujuan.
Ini juga jadi jawaban kenapa Indonesia itu jadi tukang ngaret. Mungkin karena panen padi di Indonesia itu ga hanya satu tahun sekali, tapi sekitar tiga bulan pun padi sudah bisa dipanen.
""Yah, jadi bukan salah kita yang ngaret dong, wong dari sananya Indonesia udah gitu."
Kalau itu perbuatan yang salah, kenapa masih dipertahankan? Kenapa justru kita diem? Padahal kita kena ruginya. Malah sampai ada yang bangga bilang "Bukan Indonesia kalau ga ngaret."super sekali kacau sekali! Maka, kita sebagai generasi yang berpikir, penggerak Indonesia, ayo ubah kebiasaan ngaret itu jadi tepat waktu, malah kalau bisa lebih cepat dari tepat waktu. Ubah Indonesia di mata dunia ! Indonesia bisa maju kalau bisa taklukan ngaret!
Apa yang harus kita lakukan? Minimal kita datang ke suatu acara (apalagi yang hawanya kebaikan) jangan biasain ngaret. Biasakan itu, nanti jadi karakter, dan karakter baru kalian lah yang akan mengubah karakter Indonesia di mata dunia.
Ngaret dalam aplikasi lain
Kembali ke judul "Biar lambat asal selamat, kalo ga selamat?"
Itulah sedikit tentang ngaret. Semoga bisa diambil hikmahnya, yang baiknya juga diambil, yang buruk jangan diambil. Sebagai desert, ini ada pendapat dari salah satu teman saya tentang budaya ngaret...
Kalau sekelompok orang, 80% mikirnya gini 'biarin aja paling yang laen ngaret, gw ngaret aja ah, nanti berlanjut kepada kemalasan, males itu pusatnya syaitan, syaitan itu anaknya iblis, iblis itu penghuni jahannam, mau barengbareng? hehe kagak mau kan? ya jangan ngikutin! by : M. Fakhri Zahir
komentar arin : jadilah golongan 20%!
Sekian dari saya, mohon komentarnya juga ya, biar kita sama-sama sharing tentang budaya Indonesia yang satu ini. Danke sehr !
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Seneng banget saya *saya?* bisa ngepost dengan hati tenang kali ini. Kenapa? Karena tugas-tugas telah terselesaikan dengan baik. Jadi, ada waktu deh buat ngepost di blog.
Nah, dilihat dari judul, kira-kira apa yang akan saya bahas? Apa saya akan membahas siput yang jalannya lambat asal selamat? Apa saya akan menanggapi JK dengan mottonya "lebih cepat lebih baik"? Atau saya akan membicarakan ketidakselamatan seorang yang lambat? Pernyataan terakhir yang mungkin bisa mengantar isi dari post ini.
Tahukah kamu apa itu ngaret?
Ngaret itu sebenernya dari kata karet, asal karet itu dari jam karet, sebuah istilah yang uniknya hanya digunakan di Indonesia. Kenapa? Karena cuma Indonesia yang "welcome" sama si jam karet ini. Apa artinya jam karet? Bahasa kitanya sih, udah punya janji tapi ga tepat waktu datengnya, alias dateng telat. Jelas kan sekarang, kenapa cuma Indonesia, dan sedihnya kenapa harus Indonesia.
Budaya Indonesia yang seharusnya tidak dipertahankan
Ada yang bilang kunci keberhasilan itu salah satunya adalah disiplin. Disiplin kan berkaitan dengan waktu, jadi gimana mau berhasil kalau kerjaannya ngaret terus? Jangan pertahankan ini. Indonesia ga maju-maju dong. Misal nanti ada insiden, kita punya bisnis sama orang luar negeri terus janjian nih jam 9, karena kebiasaan ngaret sudah mendarah daging *ahaha*, kita dateng jam 10 tuh, yaudah deh habis bisnis kita, ga jadi untung.
Contoh lain, khusus para pelajar nih, sekalian mengutip kata guru SMP saya "UN jangan ada yang terlambat, bisa-bisa ga lulus." Kenapa ga lulus? Karena kalau kita telat pas UN, untuk masuk ke kelas itu harus melalui tahap-tahap audisi (waw). Kita harus lapor dulu ke petugas, belum jelasin kenapa telat, terus dapet izin masuk ke kelas pun, waktu ujian tidak ditambah. Satu hal lagi yang penting, pikiran kita ketika mau ngerjain ujian itu ga langsung fokus. Masih adaptasi dulu sama kelasnya, dan akhirnya berakibat pada nilai kita. Emang sih, saya belum pernah denger kasus "ga lulus karena telat" tapi lebih baik mencegah dari pada mengobati kan?
Saya punya cerita, ini tentang percakapan kelas saya (EF) dan guru bule saya (namanya
James : So, can you tell me the differences between Indonesia's culture and culture in other countries?
(salah satu teman arin) : I think Indonesian people usually come late if you have appointment with him/her, different with British and Japanese, they always come on time.
James : (thinking and his face shows 'dislike') Yeah, that's why you always come late to EF, hehe
(saya dalam hati) : Oh men, I don't like this. where I should hide my face? I'm Indonesian.
Mungkin saat itu, James udah ga simpati sama Indonesia (yang ngaret).
Malu malu dong sama Jepang dong...
Wah Jepang ditanya, kita mah jauuuuh bangeeeet sama Jepang, terlalu tinggi. Tapi contoh deh budaya Jepang yang satu ini. Disiplin waktu.
Konon katanya, asal muasal disiplin ini dari para petani yang bercocok tanam di tanah Jepang. Karena musim bercocok tanam itu hanya satu kali dalam setahun, para petani Jepang ga mau kehilangan kesempatan untuk panen padi. Jadilah mereka selalu konsisten sama waktu.
Kebiasaan Jepang ini juga menyebar ke masyarakat yang menggunakan transportasi. Singkatnya, kalau mereka telat, ya ketinggalan bus/kereta/pesawat.
Dengan kebiasaan disiplin itulah yang membuat Jepang sekarang maju (maju banget deh). Ada yang bilang juga kalau orang Jepang jalan itu cepat, untuk menghemat waktu menuju ke satu tujuan.
Ini juga jadi jawaban kenapa Indonesia itu jadi tukang ngaret. Mungkin karena panen padi di Indonesia itu ga hanya satu tahun sekali, tapi sekitar tiga bulan pun padi sudah bisa dipanen.
""Yah, jadi bukan salah kita yang ngaret dong, wong dari sananya Indonesia udah gitu."
Kalau itu perbuatan yang salah, kenapa masih dipertahankan? Kenapa justru kita diem? Padahal kita kena ruginya. Malah sampai ada yang bangga bilang "Bukan Indonesia kalau ga ngaret."
Apa yang harus kita lakukan? Minimal kita datang ke suatu acara (apalagi yang hawanya kebaikan) jangan biasain ngaret. Biasakan itu, nanti jadi karakter, dan karakter baru kalian lah yang akan mengubah karakter Indonesia di mata dunia.
Ngaret dalam aplikasi lain
Kembali ke judul "Biar lambat asal selamat, kalo ga selamat?"
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." -QS. Al-Ma'un (107) : 4-5
Nah, inilah lambat yang tidak selamat. Lalai itu memang mengerjakan, tapi tidak tepat waktu, dan lalai itu bisa bikin celaka. Maka, mulai dari sekarang, segerakanlah sholat! Jangan dilalai-lalaikan kalo mau selamat.Itulah sedikit tentang ngaret. Semoga bisa diambil hikmahnya, yang baiknya juga diambil, yang buruk jangan diambil. Sebagai desert, ini ada pendapat dari salah satu teman saya tentang budaya ngaret...
Kalau sekelompok orang, 80% mikirnya gini 'biarin aja paling yang laen ngaret, gw ngaret aja ah, nanti berlanjut kepada kemalasan, males itu pusatnya syaitan, syaitan itu anaknya iblis, iblis itu penghuni jahannam, mau barengbareng? hehe kagak mau kan? ya jangan ngikutin! by : M. Fakhri Zahir
komentar arin : jadilah golongan 20%!
Sekian dari saya, mohon komentarnya juga ya, biar kita sama-sama sharing tentang budaya Indonesia yang satu ini. Danke sehr !
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
assalamualaikum ariiin! :)
ReplyDeletelike this lah postingan yang ini..
mudah2an kita bisa jadi golongan yang 20 % ya riin :D
waalaikumussalam teh tuti :)
ReplyDeleteyap ! semoga kita masuk golongan yang 20%, amin! :D
i thing not at all indonesian person'always be late" including me hehheeee.... i'm very happy can see you again!!!
ReplyDeletethank for sharing with us, thank for visited my site.
salam.
@ucin(haha) :
ReplyDeleteyap, bagus deh kalo gitu haha coba aja semua orang Indonesia kayak muksin wkwk.
yeaah, long time no see *alah* kapan-kapan main dong!
sip, you're welocome, thanks juga udah komen, keep contact!
wah, pembahannya bagus! lanjutgan! kalau mau mengkritisi, budaya ngaret ini udah cukup memprihatinkan di indonesia. sampe ada yang bilang, "kalo mau kumpul jam 8, kasih tau jam 9, maka mereka akan berkumpul jam 10." (parah banget gambarannya, hhe)
ReplyDeleteYang pasti, dalam islam ga ada kata-kata mengulur waktu. yang ada hanyalah perintah-perintah "Bersegeralah!" "Berlomba-lombalah" "Bersungguh-sungguhlah!"
kita ubah paradigma, kita buat konepsi baru : "menunggu orang yang telat berarti menghukum orang yang datang tepat waktu, dan itu adalah ketidakadilan yang sangat jelas!"
yap, mari kita memulainya dengan hal yang sederhana : jangan ngaret. semoga kita bisa diberi kekuatan. amiin. selamat idul fitri.
@a anas :
ReplyDeleteKonsepsi yang bagus a!
itulah kebanyakan orang Indonesia, waktu kok kayaknya enak banget diulur-ulur. Ayo Islam dan perintah-perintahnya ubah INDONESIA KITA! biar semuanya serba "segera"
Yap, jangan ngaret. Biasakan tepat waktu, nanti jadi bisa deh hilangin budaya satu itu.
Selamat idul fitri juga a anas...
insyaallah kita bukan orang yang ngaret, jadilah golongan 20% !
ReplyDeleteWaaaahh,, bagus kak arin! Sip dah postinganya! bermaanfaat!
ReplyDeleteSemoga Indonesia nggak ngaret terus ya gara2 kebanyakan makan permen karet.. *lho?* =D
@natan : sip amiiin ! :)
ReplyDelete@inas : makasih nas, waaah bener tuh permen karet ckck, jadi biar ga ngaret makan permen mentos aja *loh juga?* :D
keren teh .ckckckck .lanjutkan teh !
ReplyDelete@dea :
ReplyDeletemakasih de ! LANJUTKAN ! :D
Hahahhaaaa... :D
ReplyDeleteMakanya kalo mau nyuruh orang2 ngaret dateng itu suruh dateng 3 jam lebih awal. misalnya mau ada pertemuan jam 8 suruh orang2 dateng jam 5..hehehe
ReplyDeleteMemang pola pikir orang ngaret itu (maaf bukan orang INDONESIA) harus diubah dengan sedemikian rupa sehingga berubah. Kan yang rugi bukan mereka aja tapi juga orang lain.
@a dimas :
ReplyDeleteyaaah, kalo emang cara itu jitu silakan, tapi kan biasanya orang2 mah tau aja itu jam dicepet-cepetin, jadi sama aja gitu hehe
Yap, bener, orang ngaret, bukan orang Indonesia. Serasa terorisme, orang tidak berdosa juga jadi korban *haha*
iiiiiiih arin postingannya bermutu daripada postingan gue wekwekwekewk
ReplyDelete@faya : hahahaha ada2 aja nih faya :p
ReplyDeleteBagus gan, baru tahu saya kalo ngaret tuh asal katanya jam karet -_-
ReplyDeleteHahahaha makanya jangan telat terus yah anak-anak kalo PODS... *gue atuh yah*
yah pokoknya salam super we lah
@topik sunbae :
ReplyDeleteiya begitu pik, ngaret-->karet-->jam karet
haha siapa hayo yang suka telat ya ckck :p
keren rin ! :D hehehe --
ReplyDeleteayoo terapin ke smansa duluuuu :D hehe
@mba ola :
ReplyDeletehehe makasih mba :D sip, ayo kita terapkan di Smansa :)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteiya nih ngaret emang susah klao udah mengakar *komentarnya pendek .. ketauan ga kreatip*
ReplyDelete@A monox :
ReplyDeleteiya susah, cabut akarnya aja ya a *loh*
iya, gak pernah tepat waktu. dan kenapa orang kita juga bodohnya tetep nungguin orang yang gak tepat waktu itu, jadilah mereka keenakan
ReplyDeletenice post, inspiring :)
berarti kita hrus nuker nih..
ReplyDeleteyang 80% jadi golongan yang ga nagaret..atau bahkan 100% jadi golongan yang datang tepat waktu..
dan herannya gw ga pernah ngeliat wajah2 penyesalan di muka orang yang selalu datang terlambat...huff
@cheryl :
ReplyDeletebener juga tuh che, harusnya kalo telat, ya kita tinggalin aja ya, tapi mungkin karena yang telat itu dibutuhkan, dr sekarang, yang telat = ga dibutuhkan, gitu aja kali ya huehehe
@slugger :
YAP ! SEHARUSNYA GITU :D 80% yang tepat waktu, kalo 100% sih, keren banget, semoga deh ya, semoga ga cuma mimpi..
iya sama, saya jg jarang liat wajah2 nyesel, mungkin ada sih yang datang telat tapi niatnya ga sengaja telat gitu...kalo yang disengajain sih ya.......