Setelah Putih Abu (1)
Gw adalah orang yang cari aman, dan pernyataan itu bikin gw ngetawain diri gw sendiri, buat apa belajar berani selama 3 tahun ini? Buat apa mimpi dibuat gratis oleh-Nya kalau ujungnya cuma membatasi mimpi? Di sisi lain, Ibu membisikkan hal yang membuat aku sekali lagi ingin membuktikan untuk menjadi seorang penurut. Pertimbangan beliau membuatku membenarkan suatu jalan aman.
Semua mungkin sudah tau, gw adalah anak kecil yang ingin menjadi seorang dokter.
Sesimpel itulah kalimat bermimpi.
***
Lupa persisnya kapan, keresahan soal memilih Perguruan Tinggi itu dimulai. Alhamdulilaah diberi kesempatan untuk mengikuti SNMPTN Jalur Undangan 2012, dan kegalauan atas pilihan PTN pun menjadi nyata. Semua juga sudah tau, inginku itu makara hijau, tapi sudah disadarkan lebih awal tentang makna realistis. Dan Ibuku yang mendapatkan peran menyadarkan itu. Harus pindah mencoba ke Gadjah Mada? Ya. Dan aku menurut. Di belakang kata menurut memang tetap didahului ikhtiar, istikharah, dan ketika kalimat ini terlontar dari orang-orang terbaik sekitarku.....
kamu itu bukan tipe struggle di waktu yang panik, Rin. Yakin berani risiko SNMPTN tulis?
gak semuanya dapet kesempatan ikut SNMPTN Undangan, kamu mau jadi satu yang membuangnya, Rin?
Cobalah berorientasi pada jurusan, jangan cuma universitasnya
Dan ketika aku mulai sadar seharusnya lebih bersyukur atas keadaan ini, akhirnya aku pilih untuk mencari aman. Walaupun ke-aman-an itu belum pasti. Aku memilih di pilihan pertama Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah digantungkan berminggu-minggu, dan cuma bisa diisi dengan do'a, hope for the best, dan jujur ini kelakuan terburukku : tidak maksimal akan perbuatan prepare for the worst. Sampai di sore 26 Mei 2012 pukul 17.00 WIB.........
Linea Alfa Arina : Tidak Lulus Seleksi
Untuk pertama kali, ditolak Pendidikan Dokter :')
Aku gak mau jadi sok kuat karena sore itu akhirnya merasa juga tentang rapuh. Ditambah aku sudah bilang tadi, aku tidak berbuat maksimal dalam mempersiapkan yang terburuk. Ditambah diingatkan soal KATANYA, aku bukan orang yang bisa struggle di SNMPTN Tulis. Dan kenyatannya? Allah memberi jalan apa yang KATANYA aku tidak mampu.
Setelah menghibur diri sejenak dengan sholat, akhirnya aku mendaftar SNMPTN Jalur Tertulis 2012. Mungkin bisa disebut salah, dalam keadaan yang masih berusaha membenahi hati, aku selesaikan urusanku mendaftar, dan kali ini lagi-lagi aku membatasi mimpi, mengedepankan soal realistis. Entah pengertian salah atau benarnya gimana. Pilihan pertama : Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Pilihan kedua : Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati- Program Rekayasa. Malam itu aku ditemani kalimat menenangkan dari seorang kakak yang menenangkan :
"Di angkatan mana pun, bahkan untuk urusan PTN, ada beberapa orang yang diminta ngebuktiin lagi kata Fight and Win yang selama ini selalu ia elu-elukan. Apa yang tidak membunuhmu, akan membuatmu semakin kuat kan, Say? Semoga bisa jadi orang yang jauh lebih bersyukur ketika sudah ketemu jodohnya nanti." - Annisa Dwi Astuti (Smansa, 2010)
Terima kasih, Teh, lagi-lagi.
***
Seingatku, esok harinya adalah hari Minggu. Diawali dengan Try Out di bimbelku, dan oke, hari itu tidak terlalu buruk. Lama-kelamaan, semangat yang orang-orang golongkan rendah itu bisa meningkat dan terus meningkat, dan alhamdulillah, aku kembali menemukan ritme belajar dengan tenang. Walaupun hati masih was-was pada kenyataan : SNMPTN Tulis tinggal 2 minggu lagi.
Dan yang disebut 2 minggu lagi itu akhirnya datang juga. Merasa sudah melakukan ikhtiar sebisaku dan do'a sebanyak-banyaknya, aku hadapi dua hari menentukan itu. Alhamdulillaah, segala puji bagi Allah, dalam tolok ukurku, aku ngerasa bisa ngerjainnya.
Tapi pernyataanku itu dijawab dengan kenyataan ini.
Malam itu aku direkomendasikan untuk menge-check jawaban SNMPTN Tulis. Awalnya aku udah fix ga mau nge-check, tapi aku gamau lagi-lagi ngerasa puas yang semu, hingga ga prepare for the worst (belajar SIMAK dengan sungguh-sungguh, belajar untuk kemungkinan Ujian Mandiri) Dan setelah nge-check.......bisa disebut fail :' Kalau prediksi manusia satu ini benar, aku gak lulus FK Unpad. Bahkan untuk ITB di pilihan dua pun masih harap-harap cemas. Dan di saat yang sama, aku diberitakan seorang teman yang diprediksikan tembus FK Unpad karena hasil checking snmptn tulisnya sangat memuaskan.
Ok. Di sinilah yang namanya prepare for the worst aku itu di ZOOM-IN.
Mulai besoknya, aku mati-matian berguru ke semua dewa yang aku kenal. Untuk latihan soal simak UI, biologi ke Dyah Ayu dan Mbak Encah, kimia ke Kak Rizky dan Mas Aas, fisika ke Mas Pit, matematika ke Saqib dan Mas Asep. (dan untuk hal ini, Aku berterima kasih kepada Nurul Fikri Paledang, untuk menjadi sebaik-baiknya tempat belajar :D) *nb: Terkadang butuh dihempaskan sebawah-bawahnya untuk meroket semangat setinggi-tingginya :)
Bulan Juli pun datang, dengan masih digalaukan dengan hasil yang akan diumumkan di tanggal 6.
Tapi aku berusaha menjadi yang menutup mata dan telinga akan godaan di kanan kiri, biar aku tetap bisa berlari ke depan, berusaha sekuat mungkin.
6 Juli 2012.
Pagi hari, kelas NF rasanya beda. Masih banyak mata menatap papan tulis, hanya saja kosong. Sepertinya masing-masing pemilik mata itu punya pikirannya masing-masing. Pikiran tentang bagaimana keadaan nanti malam? Atau berhayal mau bersyukur bagaimana? Atau prepare for the worst memikirkan daftar alternatif ujian apalagi? Tapi di semua itu, yang kuyakini hanya satu. Hati-hati mereka tetap berdo'a.
Dan aku? Satu pintaku, sesuai dengan do'a Teh Annisa Dwi Astuti : Meminta dimudahkan menyikapi hasilnya dengan baik.
Siangnya aku ke sekolah. Bertemu dengan beberapa teman yang keadaanya ga lain dan ga bukan, sama-sama menjadi penunggu nanti malam. :p
Dan ini.....
Atika Almira : "Rin, gw mimpiin lu masuk SITH...."
Bingung menjawab kalimat itu dengan apa. Lagi-lagi yang terucap dalam hati hanyalah izinkan Yaa Allah jika memang itu yang terbaik.
Sebagai selingan dan mempercepat waktu, aku di NF sampai sore. Masih berusaha mengerjakan latihan soal SIMAK UI, bersama hati-hati yang juga sama cemasnya menunggu jarum jam pendek sampai di angka 7 malamnya. Menjelang maghrib aku pulang, sama Syaffa.
"Syaf mau bareng ga naik angkotnya?"
"Ngga Rin, lagi pengen sendiri..."
Ok. Galau sudah mengakut pada jam-jam ini. Biarlah, biar Syaffa lebih banyak berlama-lama berdo'a kepada-Nya dalam kesendirian itu. :)
Sayangnya aku sedang dalam periodeku. Rasanya hampa kalau lagi ga bisa sholat. Cuma bisa berdoa, jadi selama sejam, cuma ngurung diri di kamar, berdoa sampai entah tata caranya masih terbilang baik apa ngga. Ngerengek. Minta yang terbaik, minta dikuatkan kalau ga diterima, dikuatkan yang lebih super dari pengumuman undangan yang lalu, minta dibuat merunduk layaknya padi berisi kalau sekarang saatnya bertemu jodohku. Minta macem-macem bangetlah. Satu jam sampai 19.00 WIB itu datang. Sembab. Campur aduk. Aku keluar kamar, terdengar adzan. Meminta Ibu untuk sholat sekarang, setelah itu sama-sama membuka pengumuman.
19.30 WIB.
Koneksi lamanya pake banget. Makin lama makin gak karuan rasanya, saking ga karuan, minta Ibu untuk membukanya. Aku di samping beliau cuma istighfar, meminta ditenangkan dengan segera. Dan.....
Linea Alfa Arina : Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati- Program Rekayasa Insttitut Teknologi Bandung
Untuk kedua kalinya, ditolak Pendidikan Dokter :')
Yaa Allah..... entah semerinding apa malam itu. Syukur aku bersyukur atas tangis Ibu yang bahagia di malam itu. Atas suara Ayah yang juga menangis di telepon, di sebrang sana. Aku pun ikut menangis karena itu. Teman pertama yang ku telepon adalah Atika Almira, dengan berkata "Mimpi lu bener tik...:')" Eh...malah yang disebrang sana bilang "Maaf ya Rin, mimpi gw emang suka bodoh."
Tik...ketika itu gw sungguh senang, ditempatkan di tempat yang sama lagi sama Tika. Subhanallah, Alhamdulillaah...
***
Sebelumnya, aku ingin memohon maaf untuk cerita kali ini. Kepada pihak-pihak yang mungkin tidak terlalu menyukainya.
Tidak lama, aku kembali diingatkan soal menjadi seorang dokter. Aku belum sampai kepada cita-citaku, sebenarnya. Walaupun sudah dibuka jalannya, yang padahal Ibuku sudah berpesan, "Yaudah, syukurin yang didapat, fokus di bidang sekarang, Rin.... Mama sudah senang kamu deket, di Bandung, lingkungannya juga baik." Aku sempat memutuskan untuk berhenti mengejar cita-citaku menjadi seorang dokter.
Akan tetapi, ada seorang teman yang agaknya tidak puas atas ITB-ku. Maksudnya memang baik, toh memang dari dulu cita-citaku adalah menjadi dokter. Dia lgi-lagi membuka pikiranku untuk mencoba mencari peluang kuliah di kedokteran. Besok SIMAK UI, minggu depannya UM UNAIR.
Boleh kan aku mencoba? Niatku bukan hanya bersikeras mencapai dokter, tapi untuk meyakinkan lebih dalam lagi atas jalan yang aku dapat. Kalau aku memang masih tidak diterima sebagai mahasiswi kedokteran, memang bidang baru ini adalah jalan terbaikku. *Itu do'a yang kuucapkan dalam sisa perjuangan menuju tempatku.
Sama sekali tidak berkurang minatku akan pendidikan dokter walaupun aku harus memberhentikannya. Bahkan sampai saat kalian baca posting ini, minat terbesarku tetap menjadi dokter. Walaupun kemampuan dan peluangku tidak sebesar minatku itu.
18 Juli 2012 : Pengumuman UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sore itu sehabis matrikulasi di kampus. Aku pulang menjelang isya, bersama Atika Almira dan Fathina Izmi. Tiba-tiba nomor hp rusak yang padahal beberapa menit lalu, aku meminta Ibu membukakan pengumuman dan menelpon ke nomerku. Dengan baik hati, Iin meminjamkan HPnya, aku bilang ke Ibu untuk mengabarkan via HP Iin. Dia ada urusan dulu, jadi aku pulang bersama Tika. Sebelum ke kosan, aku diantar membeli nomor baru di salah satu counter hp dekat kosan. Prosesnya lama, seiring dengan proses menunggu kabar dari mamaku.
Terdengar adzan, dan hp Iin berbunyi.
"Rin, belum rezeki di Unair. Gapapa ya, kan udah di ITB.."
Yang pertama kali membaca berita itu adalah Tika. Aku pun segera menyusul membacanya, dan Tika ga bilang apa-apa. Terkadang, rasa sayangku kepada Tika itu bisa lebih dalam karena diamnya yang sebenarnya mengerti. Terlihat justru dia yang tiba-tiba menunduk, menangis dalam diam. Aku berusaha menjadi seorang paling berbesar hati di sana. Tersenyum sebisanya, seadanya.
Malam itu aku habiskan untuk menenangkan diri di kamar. Dan tiba-tiba Tika mengetuk pintu, membawakan secangkir teh manis hangat. Terima kasih untuk memberi semangat dengan cara yang unik :)
Tika, terima kasih. Untuk diam yang
masih memikirkan. Gw bingung soal ini, sudah lama kan ga bercerita? Atau
gw emang sangat terlihat menutupi apa yang gw pengen ceritakan? Terima
kasih untuk peka terhadap introvert satu ini, Tik. Gw sayang lu, dan
selalu.
Untuk kali ketiganya, ditolak Pendidikan Dokter :')
19 Juli 2012 : Pengumuman SIMAK UI
Sekitar jam 7 pagi, diberi tahu kalau ada nomorku di sana. Tapi entah prodi apa. Entah FK, FKG, atau FKM. Aku menelpon Ibu sebelum berangkat ke kampus, dan Ibu sudah memesan satu hal yang intinya: Kalau bukan FK, tetap stay di ITB.
Sekitar jam 11, aku baru membuka HP dan....Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Alhamdulillaah.
Untuk keempat kalinya, ditolak Pendidikan Dokter :')
Aku bingung harus bersikap apa. Artinya sekarang, aku FIX SITH ITB 2012. Sudah jelas jalannya. Sudah ditunjukkan sekali lagi oleh-Nya, "Kamu di sini, Rin. Di ITB." Saat itulah yang membuatku memantapkan hati, untuk berjuang di bidangku yang baru. Untuk move on.
Tak lama ada sms dari Fathina Izmi....
"Rin, selamat datang, secara (pasti) ke Institut Teknologi Bandung."
:)
Terima kasih, In. Sungguh bodoh kalau aku masih tidak mau bersyukur atas ini. Bantu aku, ya... untuk setidaknya menerima dengan hati. Berhasil move on dengan baik nantinya. (Kalau bisa secepatnya :p)
***
PIN Institut Teknologi Bandung
Ini cerita selingan. :)
Pagi itu, mungkin sekitar 30 menit sebelum SIMAK UI dimulai. Terlihat seorang teman yang rupanya tidak puas mendapat SNMPTN pilhan kedua-nya. Karena kalau dia berani jujur di depan semua orang saat itu, dia masih pengen mengabdi paa Indonesia lewat Ganesha. Ternyata dia mendapatkan Gajah yang lain. Ditelusuri lebih lanjut, ternyata ceritanya serupa denganku. Dan aku merasa punya "teman".
Hanya saja, Gadjah Mada-nya aku adalah Ganesha-nya. Rasanya masih ada yang menganjal ketika benar-benar tersadar kalau aku mendapat Ganesha.
Tapi aku disentil oleh-Nya, lewat temanku satu itu. Dia yang sangat menginginkan Ganesha-nya. Di saat yang sama, aku, dengan tololnya berlagak tidak bersyukur atas Ganesha yang aku dapat. Bodoh. Sampai-sampai, aku diberikan sebuah pin. Dia bilang "Ini buat lu, Rin. Gw udah ga bisa dapet ITB lagi."
Sedih. Terharu. Tertampar.
Yaa Allah, terima kasih, untuk lagi-lagi mengingatkan sebelum aku bertindak kufur terlalu jauh.
Dan buat lu, Jaka Sundan, ayo bersyukur.
Jauh di luar sana, banyak air mata yang mengemis meminta Gadjah Mada, banyak hati yang hancur karena 'lamaran'nya ditolak kota pelajar itu, dan posisi kita sekarang adalah ranah besar untuk mengucap syukur setinggi-tingginya, atas jawaban dari do'a kita yang katanya "minta ditempatkan di tempat yang terbaik." :)
Gw bakal jagain Ganesha lu, Jak! :)
***