Kemauan
Teruntuk seorang teman terbaik.
"Kerasa bgt ya rin berat rasanya ngejalanin apa yg ga kita mau...."
Ternyata di akhir, nasib kita sama ya? Menjalani sesuatu yg (kalau diizinkan jujur) tidak mau. Rasanya setelah membaca kalimat awal sms itu, gw cuma pengen meluk lu, Nov, tanpa melarang keluhan lu itu.
"Ngerjain satu tugas artikel cuma 2 halaman aja malesnya minta ampun pikiran mentok fufufu....."
Entah nyambung apa ngga, tapi hal di atas mengingatkan gw soal....euforia.
Agaknya hal terdalam yg gw rasakan adalah........ gw ga sempet ngerasa euforia itu. Atau ga mau ngerasa? Sudah berusaha sebenarnya, tapi....entahlah. Gw takut terlalu banyak 'tapi' jadinya.
Lucu ya? Euforia yg harusnya dengan spontan dirasakan setiap mahasiswa baru, justru ini kesannya harus belajar euforia.
Membaca banyak kalimat euforia teman-teman tuh.....iri banget! Plis, gw pengen ngerasain itu. Di tempat gw sekarang pun! *jiwa anak kecil di tubuh seorang maba*
Tapi entah kenapa, gw gamau lu ngerasain part itu nanti. Okelah kita 'bernasib' sama, tapi gw pengen lu bisa sesegera mungkin bahagia sama tempat baru lu. Gw gak pengen semakin banyak maba yg kufur nikmat......
Gw bingung mau bersolusi apa karena kalau gw tau solusi yg ampuh, gw pun udah pakai untuk diri gw sendiri dari dulu haha....intinya, sama-sama berdoa yuk, Nov? Minta dikuatkan, minta dikasih lebih banyak semangat, minta dianugerahi sifat positive thinking yg lebih dalam, Allah tau apa yg hamba-Nya sanggup kok, termasuk sampai mana sanggup merasa sakitnya. Asal tetap mau berusaha untuk keluar dari zona kegalauan itu dan tidak berlarut menikmati sedihnya.
Tetap izinkan gw ya untuk bilang selamat atas Biologi Universitas Soedirman-nya :)
Gw bakal kangen lu, hey teman sebangku dan mantan calon teman sejawat. Maaf karena gw masih belum kuat membuka kembali kado album foto yg lu kasih setahun lalu, membuka itu bikin gw sedih lagi, disitu ada harapan lu, tentang gw dan tempat impian awal gw, terima kasih telah sempat mendo'akan, Nov :') let me be a good 'doctor' for nature now.
Ya memang, apa-apa yg didasarkan kemauan itu luar biasa keajaibannya, gak jarang kita dengar soal kemampuan tanpa kemauan itu bisa kalah dengan kemauan tanpa kemampuan. Kalau disimpulkan, tidak adanya kemauan jd menutup kesempatan kan ya?
Kemauan. Biasanya berhubungan sama hati. Tolok ukur 'mau' ya standar dan idealnya adalah ketika hati memang mau.
Tapi, kemauan itu bukan cuma yg AWALNYA dateng dari hati lalu dijalankan kok, menurut gw. Ada definisi tersendiri sekarang (masih menurut gw, dan bagi gw) bahwa kemauan itu adalah sesuatu yg diusahakan untuk diubah dari ketidakmauan. Ketika ada hal yg tidak mau dihadapi, tidak mau dijalankan, namun diusahakan sedemikian rupa hingga mau. Dan ketika ketidakmauan sudah berhasil diubah, disitulah harganya sebuah kemauan. Harga untuk keberhasilan usaha menghilangkan kata 'tidak'.
Rasanya beda antara memang mau dan menjadi mau.
(Super intermezzo: Kalau dibaca ulang, kayaknya definisi kemauan di atas juga cocok buat muslimah yg lagi galau mau hijrah pake jilbab apa nggak yaa? :p yg jelas, menjadi mau itu ada harganya! ;p)
Back.
Ya kita masih berjuang Nov, terutama berjuang untuk 'mau' di tempat sekarang, lu klo ada apa-apa pokoknya blg gw ya :') call me whenever you need me. Kalau kata yg lain, orang galau jangan curhat sama orang galau lagi, tapi believe me, gw akan berusaha untuk tidak menambah apa yang lu galaukan :)
dan untuk yg lain, jgn paksa kami untuk 'pindah' dengan cepat ya. Biarkan kami pindah dengan hati yang benar-benar mau :)
Sincerely,
Yang bakal kangen temen cerita dan cerita temennya.