(Sebut saja) Pengakuan Dosa
Terinspirasi dari sebuah postingan Regia : http://regia-pursof.blogspot.com/2012/10/kalau-bermimpi.html
Gw ketampar. Dan gw pengen lanjutkan tamparan ini ke siapapun yang masih punya mimpi. Bentuk apapun mimpinya.
Iya, kesalahan lalu gw adalah takut menggantungkan keinginan setinggi-tingginya. Sebelum gw mencoba, gw selalu mengedepankan kapasitas diri. Padahal gw udah "dimarahin" sama dua surat dari dua sahabat terbaik gw, yang intinya :
ayolah jangan batasin mimpi lu
lu dilahirkan dari tempat pemimpi dengan beribu mimpinya yang sudah dibuktikan sanggupnya.
lu dilahirkan dari tempat yang berkoar-koar soal perjuangan dan hasil manisnya.
lu bukan dilahirkan dari mental-mental anti berjuang
Tapi kenapa lu cari aman?
Tapi saat itu gw bebal. Dan sekarang gw nyesel :) Gw sangka gw bakal ngerasa sebenar-benarnya aman dengan pilihan aman gw dulu. Gw sangka gw bakal ngerasa benar-benar puas dengan ini. Ternyata ngga. Tapi gw memang harus terus menjalankan risikonya, dengan sebaik-baiknya cara.
Sebut saja yang di atas adalah pengakuan dosa. Semoga cerita singkat gw di atas inspiratif, untuk semoga tidak ditiru :)
Cuma ingin berpesan, untuk siapapun yang sedang berjuang, nasehat "Jangan membatasi diri" itu benar adanya. Karena istilahnya, bermimpi lu ingin terbang sekali pun, tidak ada yang boleh melarang mimpi lu itu, termasuk diri lu sendiri. Karena gw merasakan sekarang, menjadi aman justru tidak nyaman. Tujuan lu bukan milik lu tapi bisa menjadi milik lu ketika lu berani jalan lurus ke depan tanpa peduli efek sampingnya.
Karena urusan efek samping, sudah diluar kebijakan lu, kok. Biarlah Dia yang memberikan efek samping terbaik sesuai yang lu usahakan. Dan teruslah berprasangka baik di setiap ikhtiar lu, jangan pernah takut. Sebuah takut bisa mnghambat lu bergerak, selangkah pun. Jalanlah bersama-Nya.
Bahkan kemenangan para pahlawan dahulu pun pasti berawal dari mimpi bukan? Dan iya atau tidak pada jawaban akhir pun, mereka tetap maju.
Bandung,
10-11-12
1:13 a.m